Wednesday, April 20, 2016

MUROBBY SANG IDOLA, bag, 03


MENGAPA SAYA MENGIDOLAKAN KH ACHMAD SIDDIQ, bagian 3

AL ARIF BILLAH KH. ACHMAD SIDDIQ
SANG MUROBBY PPI AS SHIDDIQI PUTERA JEMBER

Bagian Ketiga
Santri Harus Mandiri
Dua tahun berada di PPI ASTRA, tepatnya pada tahun 1981 saat diadakan reformasi pengurus Majlis Santri saya terpilih sebagai ketua pondok dan Abd, Halim soebahar sebagai wakil (sekarang Prof. Dr. dosen IAIN Jember), terasa benar bahwa Murobby mendidik para santrinya untuk merdeka, mandiri dalam segalanya, hal ini terbukti :
1.   Tata cara pemilihan pengurus baru sepenuhnya terserah panitia, panitia dibentuk oleh pengurus lama dalam suatu rapat terbuka;
2.   Panitia inilah yang merencanakan semuanya, menyusun tatib, menyusun peryaratan calon pengurus dan melaksanakan penjaringan calon;
3.   Murobby sama sekali tidak mencampuri urusan siapa yang akan menjadi pengurus, panitia hanya melapor kepada beliau terkait calon yang diajukan oleh santri, sedang pemilihannya sepenuhnya terserah santri;
Kemandirian Pondok Pesantren dan santri, beliau tanamkan begitu kuat pada diri santri, sehingga dalam kaitannya dengan hadis “ al yadul ‘ulya khairon minal yadis sulfa = tangan diatas lebih utama dari pada tangan dibawah = pemberi lebih utama dari penerima”), Murobby menjelaskan :
ü  Berjiwalah sebagai mayoritas, bukan sebagai minoritas:
Ø  Janganlah bermental menengadahkan tangan, jangan mengandalkan sumbangan dan pemberian orang lain dalam segala hal, berusahalah sendiri, bergantunglah dan hanya memintalah kepada dzat yang Maha Kaya. Yang saya saksikan selama saya berada di PPI ASHTRA (1979 sd beliau wafat):
·       Dalam hal pembangunan sapras pondok, belum pernah mengajukan sumbangan (proposal) kepada pemerintah atau yang lainnya, ada empat pengalaman saya yang sangat menunjukkan integritas Murobby kita :
Pertama, karena disana sini pondok pesatren lain begitu mentereng merenovasi dan membangun pondoknya, maka saya ikut-ikutan membuat proposal permohonan sumbangan ke Arab Saudi, hampir 100% saya mencontoh proposal pondok Sukerejo Asembagus yang berhasil memperoleh sumbangan (dana hibbah?) dari Arab Saudi. Begitu proposal selesai tinggal tanda tangan Murobby, proposal saya serahkan kepada beliau. Apa rowa (apa itu) lalu saya jelaskan, ka’dinto dst (ini dst), lalu beliau dawuh “sabek e meja” (letakkan di meja). Alhamdulillah sampai Murobby wafat proposal itu tidak pernah ditanda tangani.
Kedua, putera Murobby ke tujuh, Ir. M Syakib Sidqi As. Dosen POLTEK Payakumbuh Sumatera, keluarga terutama Nyai berkeinginan agar gus Syakib S bisa dipindah ke UNEJ / POLIJE, waktu itu menteri pendidikannya bapak Prof. Dr. Fuad Hassan, Murobby kita atas permintaan p Fuad waktu itu, menjadi salah satu anggota BPPN (badan pertimbangan pendidikan nasional). Jadi ada kedekatan antara Murobby dengan pak Fuad, saya diminta oleh nyai untuk membuat surat kepada pak Fuad H, begitu surat selesai lalu diberikan kepada Murobby untuk ditanda tangani, alhamdulillaah sampai Murobby wafat surat itu tidak pernah ditanda tangani.
Ketiga, watu itu pengurus (1981/1982) merencana membuat kalender pondok dan ini pertama kali pondok membuat kalender, dan berkeinginan agar dalam kalender itu dipasang foto Murobby, lalu saya dengan saudara alm. Mud’har Syarifuddin menghadap beliau, beliau diam lalu dawuh apa engko’ ejuwale bi’ bekna? (apa saya mau kamu jual), yah akhirnya kalender tetap dibuat tanpa satupun foto Murobby.
Keempat, ketika itu saya diutus membeli sesuatu, murobby dawuh jek abele mon esoro engko’ (jangan bilang kalau disuruh saya
ü  Jangan banyak menuntut, kaitannya dengan pemerintah RI, umat islam jangan banyak menuntut ini itu, berbesar hatilah dan memberilah. Contohlah kyai-kyai pendiri Negara ini, yang dengan kebesaran hati menyetujui kelompok kecil yang saat itu menuntut agar kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dalam sila pertama dihapus.


No comments:

Post a Comment

BACAAN MUROJAAH & DOA TAUBAT