Saturday, April 30, 2016

MUROBBY, PMS Mu'amalah KaitannyA DG Tashawwuf

Abi KH ACHMAD SIDDIQ dalam acara Pengajian rutin dan pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam SENIN di Mushalla PPI ASHTRA menjelaskan tentang pentingnya RIZKI HALAL untuk diterimanya IBADAH, 750608  P05.


MUROBBY, PMS Ilmu Tashawwuf


            Pidato ABI KH ACHMAD SIDDIQ dalam acara Pengajian rutin dan pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam SENIN di Mushalla PPI ASHTRA menjelaskan tentang ILMU TASHAWUF. PMS 750601 P04


MUROBBY, PMS JIN DAN STATUS AYAH NABI SAW. bagian 2


Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,


MUROBBY, PMS JIN DAN STATUS AYAH NABI SAW. bagian 1


Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,



Thursday, April 28, 2016

MUROBBY, PMJ Beda Mushibah dan Cobaan


Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,




MUROBBY, PMJ Ziarah Kubur, Bentuk Fisik Nabi saw.


Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,


MUROBBY, PMJ Ziarah Kubur, Bentuk Fisik Nabi saw.

Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,

MUROBBY, PMJ Dajjal & Hukum Pernikahan


Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,





MUROBBY, PMJ Islam Secara Utuh

Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,


MUROBBY, PMJ Paranormal DSB



PARANORMAL 
Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,

MUROBBY, PMJ Sam'iyat, Yang Diketahui Hanya Dari Qur'an Hadis

SAM'IYAT, YANG DIKETAHUI HANYA DARI QUR'AN HADIS
Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,


MUROBBY, PMJ Iman Hubungannya Dengan Amal



IMAN HUBUNGANNYA DENGAN AMAL

Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,

MUROBBY, PMJ Kehidupan Sesudah Mati, bagian 3



KEHIDUPAN SESUDAH MATI, bagian 3

Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember, 210484

MUROBBY, Kematian Dan Adat Istiadat



KEMATIAN DAN ADAT ISTIADAT

Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,

MUROBBY, Kehidupan Sesudah Mati, bagian 1



KEHIDUPAN SESUDAH MATI, bagian 1

Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember

MUROBBY, Saat-Saat Kematian



SAAT-SAAT KEMATIAN

Al Arif Billah KH ACHMAD SIDDIQ, pada Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember, 12 Mei 1983



PENGARAHAN PD MUNAS ALIM ULAMA SE JAWA

Al Arif Billah KH ACHMAD SIDDIQ, sebagai Rois 'Am NU memberkan pidato pengarahan pada Munas Alim Ulama sejawa yang dilaksanakan di PP Al Muayyad pada tanggal 22 Juli 1984, 

Diantara isi pengarahan adalah CARA MEMBERI MASUKAN KEPADA PEMERINTAH / PENGUASA

Wednesday, April 27, 2016

MUROBBY, Beda Faham Dalam Islam, bagian 2

BEDA FAHAM DALAM ISLAM, bagian 2, 


Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,


https://youtu.be/DDxKpf1_x3E


MUROBBY, Beda Faham Dalam Islam, bagian 1

BEDA FAHAM DALAM ISLAM, bagian 1


Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember,


MUROBBY, SHALAT TASBIEH

MUROBBY, SHALAT TASBIEH

Shalat Tasbieh ini diamalkan di PPI As Shiddiqi Putera, setiap malam senin sebelum pengamalan Dzikrul Ghafilin. Diamalkan secara bergantian crara pertama, menggu depannya cara kedua dan minggu depannya lagi kombinasi cara pertama dan cara kedua.
Semoga semua kita dianugerahi oleh Allah swt kesempatan dan kemampuan untuk mengamalkannya. Aamiin..

MUROBBY, DOA KHUSUS

Tuesday, April 26, 2016

Sunday, April 24, 2016

MUROBBY, Beda Hadiyah dan Sogok

Al Arif Billah Murobby KH ACHMAD SIDDIQ, Pengajian rutin sebelum pengamalan DZIKRUL GHAFILIN setiap malam Jum'at daerah Jember dan sekitarnya, yang diikuti oleh antara lain beberapa dosen UNEJ dan pegawai pemda Jember, T2 PMJ 060183

Diawali keterangan tentang KHUSNUL KHATIMAH.


Lihat VIDEONYA :


https://youtu.be/gmuD-BlflY8

MUROBBY, Doa Khusus Di Makam Auliya'

Doa ini dibaca ketita kita ziarah ke makam AWLIYA', termasuk ketika kita ziaroh ke makam MUROBBY di Tambak Mojo Kediri, semoga bermanfaat.






Friday, April 22, 2016

MUROBBY DAN AZAZ TUNGGAL

Mengapa NU Menerima Pancasila sebagai Asas?


Tokoh paling penting yang menjadi “arsitek” penerimaan NU terhadap Pancasila adalah KH Achmad Siddiq (Rais Aam PBNU 1984-1989). Berikut ini penuturan sesepuh NU, KH Muchit Muzadi (88), sekretaris Kiai Achmad Siddiq yang sama-sama pernah menjadi murid KH Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng. (*Red) <>


Wednesday, April 20, 2016

MUROBBY SANG IDOLA, bag, 04


MENGAPA SAYA MENGIDOLAKAN KH ACHMAD SIDDIQ, bagian 4

AL ARIF BILLAH KH. ACHMAD SIDDIQ
SANG MUROBBY PPI AS SHIDDIQI PUTERA JEMBER

Bagian Keempat
Murobby dan Negara

Islam adalah gerakan peradaban, bukan gerakan politik
Sikap Murobby terhadap pemerintah




MUROBBY SANG IDOLA, bag, 03


MENGAPA SAYA MENGIDOLAKAN KH ACHMAD SIDDIQ, bagian 3

AL ARIF BILLAH KH. ACHMAD SIDDIQ
SANG MUROBBY PPI AS SHIDDIQI PUTERA JEMBER

Bagian Ketiga
Santri Harus Mandiri
Dua tahun berada di PPI ASTRA, tepatnya pada tahun 1981 saat diadakan reformasi pengurus Majlis Santri saya terpilih sebagai ketua pondok dan Abd, Halim soebahar sebagai wakil (sekarang Prof. Dr. dosen IAIN Jember), terasa benar bahwa Murobby mendidik para santrinya untuk merdeka, mandiri dalam segalanya, hal ini terbukti :
1.   Tata cara pemilihan pengurus baru sepenuhnya terserah panitia, panitia dibentuk oleh pengurus lama dalam suatu rapat terbuka;
2.   Panitia inilah yang merencanakan semuanya, menyusun tatib, menyusun peryaratan calon pengurus dan melaksanakan penjaringan calon;
3.   Murobby sama sekali tidak mencampuri urusan siapa yang akan menjadi pengurus, panitia hanya melapor kepada beliau terkait calon yang diajukan oleh santri, sedang pemilihannya sepenuhnya terserah santri;
Kemandirian Pondok Pesantren dan santri, beliau tanamkan begitu kuat pada diri santri, sehingga dalam kaitannya dengan hadis “ al yadul ‘ulya khairon minal yadis sulfa = tangan diatas lebih utama dari pada tangan dibawah = pemberi lebih utama dari penerima”), Murobby menjelaskan :
ü  Berjiwalah sebagai mayoritas, bukan sebagai minoritas:
Ø  Janganlah bermental menengadahkan tangan, jangan mengandalkan sumbangan dan pemberian orang lain dalam segala hal, berusahalah sendiri, bergantunglah dan hanya memintalah kepada dzat yang Maha Kaya. Yang saya saksikan selama saya berada di PPI ASHTRA (1979 sd beliau wafat):
·       Dalam hal pembangunan sapras pondok, belum pernah mengajukan sumbangan (proposal) kepada pemerintah atau yang lainnya, ada empat pengalaman saya yang sangat menunjukkan integritas Murobby kita :
Pertama, karena disana sini pondok pesatren lain begitu mentereng merenovasi dan membangun pondoknya, maka saya ikut-ikutan membuat proposal permohonan sumbangan ke Arab Saudi, hampir 100% saya mencontoh proposal pondok Sukerejo Asembagus yang berhasil memperoleh sumbangan (dana hibbah?) dari Arab Saudi. Begitu proposal selesai tinggal tanda tangan Murobby, proposal saya serahkan kepada beliau. Apa rowa (apa itu) lalu saya jelaskan, ka’dinto dst (ini dst), lalu beliau dawuh “sabek e meja” (letakkan di meja). Alhamdulillah sampai Murobby wafat proposal itu tidak pernah ditanda tangani.
Kedua, putera Murobby ke tujuh, Ir. M Syakib Sidqi As. Dosen POLTEK Payakumbuh Sumatera, keluarga terutama Nyai berkeinginan agar gus Syakib S bisa dipindah ke UNEJ / POLIJE, waktu itu menteri pendidikannya bapak Prof. Dr. Fuad Hassan, Murobby kita atas permintaan p Fuad waktu itu, menjadi salah satu anggota BPPN (badan pertimbangan pendidikan nasional). Jadi ada kedekatan antara Murobby dengan pak Fuad, saya diminta oleh nyai untuk membuat surat kepada pak Fuad H, begitu surat selesai lalu diberikan kepada Murobby untuk ditanda tangani, alhamdulillaah sampai Murobby wafat surat itu tidak pernah ditanda tangani.
Ketiga, watu itu pengurus (1981/1982) merencana membuat kalender pondok dan ini pertama kali pondok membuat kalender, dan berkeinginan agar dalam kalender itu dipasang foto Murobby, lalu saya dengan saudara alm. Mud’har Syarifuddin menghadap beliau, beliau diam lalu dawuh apa engko’ ejuwale bi’ bekna? (apa saya mau kamu jual), yah akhirnya kalender tetap dibuat tanpa satupun foto Murobby.
Keempat, ketika itu saya diutus membeli sesuatu, murobby dawuh jek abele mon esoro engko’ (jangan bilang kalau disuruh saya
ü  Jangan banyak menuntut, kaitannya dengan pemerintah RI, umat islam jangan banyak menuntut ini itu, berbesar hatilah dan memberilah. Contohlah kyai-kyai pendiri Negara ini, yang dengan kebesaran hati menyetujui kelompok kecil yang saat itu menuntut agar kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dalam sila pertama dihapus.


MUROBBY SANG IDOLA, bag, 02


MENGAPA SAYA MENGIDOLAKAN KH ACHMAD SIDDIQ, bagian 2

AL ARIF BILLAH KH. ACHMAD SIDDIQ (2)
SANG MUROBBY PPI AS SHIDDIQI PUTERA JEMBER
Bagian Kedua
Awal Nyantri
Ketika mengikuti tes masuk Fakultas Tarbiyah IAIN “SUNAN AMPEL” Cabang Jember, saya bersama seorang teman “Wasian” ngampung bermalam di PPI ASHTRA beberapa malam. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk diam-diam ikut mendengarkan pengajian rutin yang diberikan oleh Kyai, dan sesekali menengok kehidupan Kyai dan keluarganya.
Lagu barat itu semakin sering saya dengar lagi ketika lewat didepan dalem (rumah) beliau. Dan saya melihat putera puteri beliau tidak seperti kebanyakan putera para kyai pada umumnya (yang biasanya mulai kecil sudah menggunakan atribut ala pesantren dengan gaya gusnya (loranya) masyaAllah luar biasa seakan tidak ada orang selai ia), akan tetapi putera beliau beda, yang putri (belum nikah) biasa pakai rok pendek tanpa kerudung, sedang yang laki-laki berpakaian seperti layaknya pemuda pada umumnya masa itu, pakai celana jin, kaos oblong, jaket dan rambut yang nyaris gondrong.
YANG LEBIH MENGEJUTKAN, Kyai rupanya sangat konsekwen dengan suatu hadis yang artinya “Bukan golongan kami siapa saja yang tidak menghormat orang yang lebih tua dan tidak kasih saying kepada yang lebih muda (lemah)” sehingga dalam praktek sehari yang saya saksikan adalah :
1.    Putera puteri beliau kepada para santri memanggil CAK
2.    Putera puteri beliau (cucu) yang masih kecil, cium tangan bila salaman dengan orang yang lebih tua (apalagi kepada wali santi)  
Alhamdulilllah, begitu diterima menjadi mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Cabang Jember, saya langsung minta tolong paman yang berdomisili di Jember untuk mengantar dan menyerahkan saya mondok di PPI ASHTRA, dan beberapa minggu kemudian barulah ayah saya menyerahkan langsung pada Kyai.
Di PPI ASHTRA para santri memangggil KH. Achmad Siddiq dengan sebutan “MUROBBY”, konon, cerita santri senior karena beliau bertanggung jawab pada satri seperti layaknya orang tua kandungnya dan mengangggap santri sebagai anak kandungnya sendiri, bahkan (cerita dari salah seorang putera beliau) “saya sempat iri pada santri karena bapak sangat perhatian pada santri-santrinya, kalau ada acara di rumah (seperti selametan) bapak mesti tanya “ iku arek-arek pondok opo wes dike’i mangan kabeh? (santri-santri pondok itu apa sudah pada makan semua).
Satu dua bulan di pondok ASHTRA tidak banyak yang saya dapat, khususnya terkait Murobby. Sementara yang saya tahu Murobby rutin ngimami shalat 5 waktu dengan dzikiran setelahnya yang begitu panjang bagai pondok thariqah dan memberi pengajian setiap habis maghrib serta sehabis shalat shubuh, malam minggu dan minggu pagi pengajian libur, malam senin sehabis isya’ kegiatan rutin pengamalan Aurad Dzikrul Ghafilin untuk umum dan malam selasa juga untuk umum pengajian kitab Ihya’ Ulumuddin.
Malam minggu, Murobby seakan memberi kesempatan pada santri untuk melihat dunia di luar pondok, para santri banyak yang keluar pondok walaupun hanya sekedar lingkot (keliling kota). Pagi harinya seusai shalat shubuh dan dzikiran yang begitu panjang, semua santri diharuskan RO’AN, bersih-bersih lingkungan pondok dan olah raga ala kadarnya.
Dari sisi santri, umumnya santri ASHTRA hanya menggunakan pakaian santri (sarungan dan berkopyah) pada waktu shalat dan ngaji atau bila ada acara seperti Maulid, haul dll. Akan tetapi bila keluar pondok mereka tidak ada bedanya dengan remaja pada umumnya.
Saat itu saya menyaksikan para santri (80% mahasiswa IAIN dan UNEJ) begitu mengagumi Murobby, terutama dalam setiap pengajiannya yang begitu luas dan rasional ketika menjelaskan kandungan kitab kepada santri yang kebanyakan minim dalam berbahasa arab.
Satu hal pokok yang saya fahami dari murobby saat itu, beliau ingin para santrinya memiliki jiwa agama yang kuat, memiliki loyalitas beragama yang mantap, walau dari sisi keilmuan mereka kurang.
Murobby tidak bertujuan mencetak Ulama’ karena beliau menyadari para santrinya rata-rata anak kuliahan, murobby hanya ingin agar para santrinya menjadi hamba Allah yang taat beribadah (memiliki loyalitas yang tinggi dalam beragama) dan warga masyarakat yang bermanfaat pada orang lain dan negaranya, sebagaimana yang selalu diwasiatkan oleh murobby kepada para santri :
“ Jadi apapun kelak, kamu harus selalu konsis dengan 3 hal:
1.    Jangan tinggalkan shalat 5 waktu
2.    Setiap hari membaca Al Qur’an dan Shalawat
3.    Jangan berbuat dhalim.
Nasehat atau wasiat yang sama juga disampaikan kepada putera-puterinya dengan kalimat yang berbeda “jangan tinggalkan shalat berjamaah” dan seterusnya.
Bersambung........

MUROBBY SANG IDOLA, bag, 01


MENGAPA SAYA MENGIDOLAKAN KH ACHMAD SIDDIQ, bagian 1

                                                                        
AL ARIF BILLAH KH. ACHMAD SIDDIQ (1)
SANG MUROBBY PPI AS SHIDDIQI PUTERA JEMBER
Bagian Pertama
Pertama Kali Mengenal
Sekitar pukul 22.00 wib Pebruari 1978, saat asik mencari gelombang radio yang memutar lagu Oma Irama, saya terhenti ketika masuk pada gelombang RKAPD? Jember yang sedang menyiarkan pidato seseorang dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
Sambil lalu saya mendengarkan pidato itu akan tetapi dalam waktu tidak lama saya menjadi terpana akan dalamnya isi pidato tersebut yang disampaikan dalam bahasa sederhana, mudah dimengerti dan dengan gaya bahasa yang nyaris sempurna serta intonasi yang begitu baik.
Saya begitu tertarik dengan penceramah tersebut, saya belum pernah mendengarkan ceramah Agama semapan ini dalam penyampaiannya (sampai saat ini). Saya dengarkan terus tanpa memindah gelombang lagi, keinginan mendengarkan lagu Oma Irama yang saat itu lagi ngetop sirna begitu saja, sambil berharap pada akhir pidato akan tahu siapa nama penceramah tersebut.
Betul, pada akhir acara penyiar radio mengutarakan bahwa penceramah tersebut adalah KH. Achmad Siddiq pengasuh PPI. ASHTRA Talangsari Jember.
Setelah tahu bahwa beliau adalah seorang Kyai pengasuh pondok pesantren, ketertarikan dan kekaguman saya semakin menjadi-jadi, bagaimana mungkin demikian, padahal seorang kyai pengasuh pondok pesantren yang saya tahu selama ini biasanya menggunakan sarung dan serban serta sederet dokrin yang dogmatis ketika memberikan ceramah / mauidhohnya!
Beliau yang satu ini kok sangat berbeda, beliau begitu halus dalam penyampaiannya, begitu indah gaya bahasanya, begitu tegar tapi lembut nada suaranya, sangat rasional dalam penyampaiannya serta sama sekali tidak ada unsur pemaksaan dalam retorikanya.
Pagi harinya, ketika masuk sekolah (PGAN 6 Th Jember) saya mencari tahu tentang KH. Achmad Siddiq pada teman-taman sekelas, dan beberapa hari kemudian sepulang dari sekolah saya berkunjung ke PPI ASHTRA di Talangsari Jember, jalan kaki dari gebang poreng.
Begitu saya menginjakkan kaki di depan Mushalla (langgar) PPI ASHTRA sayup-sayup terdengar suara lagu barat dan suara itu semakin terdengar nyaring ketika saya sampai di utara mushalla tepat di depan rumah Kyai, dalam hati saya berkata siapa sih ini memutar lagu barat ? di pondok lagi!
Betapa terkejutnya saya dengan jawaban teman yang santri PPI ASHTRA itu, dia bilang yang memutar lagu barat itu ya Murobby KH. Achmad Siddiq.
Sambil melanjutkan langkah kaki menuju pondok (kamar santri) hati saya berkecamuk, keinginan untuk mengenal beliau semakin mendalam, ini Kyai kok beda dengan Kyai kebanyakan!.
Setelah itu, beberapa kali saya datang lagi ke PPI ASTRA, dengan tujuan sama, untuk lebih dalam mengenal Kyai, banyak cerita dari beberapa santri yang menjadi teman saya dan semakin membkin penasaran saya.
Bersambung........

DATA TEMU ALUMNI 1


SEJARAH LAHIRNYA AUROD DZIKRUL GHAFILIN


SEJARAH LAHIRNYA AUROD
“ DZIKRUL GHAFILIN “
Oleh : Al Arif Billah KH. Achmad Siddiq
Disampaikan pada tanggal 25 Oktober 1986 dalam acara Pertemuan Rutin Khusus Keluarga Setiap Malam Minggu Legi di Rumah 201.
(direkam oleh Ir. HM. Syakib Sidqi, MSi. Putera ke tujuh al marhum)

Suara Al Arif Billah KH. Achmad Siddiq Al Arif Billah KH. Achmad Siddiq bias di klik dibawah ini :
Assalamu”alaikum war. Wab.
Bismillaahirrohmaanirohiiem .
Pertemuan malam ini merupakan pertemuan rutin setiap malam Minggu legi, yang diaksanakan bertepa-tan dengan hari kelahiranku, semua anak-anakku, mantuku yang ada di Jember sama berkumpul dalam rangka mendengarkan atau bermusyawarah tentang segala sesuatu yang menjadi kemaslahatan keluarga. Keluarga itu menurut bahasa arab adalah USRO, seperti misalnya Usro Ali Shiddiq atau Usro Bani Shiddiq, yang berarti keluarga anak cucu-nya Mbah Shiddiq.
GUS MIEK pernah dawuh (menyatakan); bahwa besok bila Bapak Achmad Siddiq meninggal (wafat) yang menjadi peninggalannya (warisannya) cuma satu yaitu “ Dzikrul Ghafilin “. Ketika mendengar dawuh Gus Miek itu hatiku sumendal, ya terharu, ya gembira bercampur susah. Sebab aku sendiri merasa tidak memiliki apa-apa yang dapat dijadikan warisan (pada anak-anakku), dunia  (harta)  tidak,  ilmu  juga  tidak.  Sebab aku merasa bahwa ilmu Agamaku sedikit sekali, kesempatan anak-anak belajar Agama dariku tidak banyak (sangat terbatas), sehingga sebenarnya aku tidak memiliki peninggalan yang patut untuk dijadi-kan pusaka atau warisan seperti misalnya dalam bentuk amal, kelakuan, atau akhlak ataupun tinggalan yang berupa kebagusan atau amal sholih, aku merasa tidak memiliki.
Aku merasa.... diantara saudara-saudaraku, akulah yang paling bodoh dalam bab Agama, karena aku tidak katek (sempurna) ketika mondok  (mencari ilmu), aku cuma keluaran sekolah Salafiyah, Madra-sah Ibtidaiyah Salafiyah/ Stanawiyah sampai kelas 6 kemudian pulang. Kitab yang aku pelajari dari KH. Hasyim Asy’ari terbatas sekali, jadi aku ini kalau bab lika likunya agama merasa sangat kekurangan, lebih-lebih dalam bab hukum. Apalagi bila akan dijadikan peninggalan, wong  aku dewe (aku sendiri  saja)  tidak mengerti  dan  tidak  alim.
Jadi aku sendiri merasa tidak memiliki sesuatu yang dapat dijadikan peninggalan .(tinggalan); oleh kare-nanya, setelah Gus Miek dawuh begitu maka aku menjadi terharu campur syukur bila itu memang dianggap warisan (peninggalan) aku. Sebab sebenar-nya Dzikrul Ghafilin itu kepunyaan Kyai Chamid (Pasuruan) dan Gus Miek, aku cuma sebagai penulis, peracik  dan perangkum.
Memang, sebenarnya untuk diketahui anak-anakku tidak perlu aku tutup-tutupi (dirahasiakan), bahwa sesengguhnya Dzikrul Ghafilin  itu garapannya orang tiga, ini supaya kamu mengerti duduk permasalahan-nya, yaitu Gus Miek dan KH. Chamid :
Prtama; aku sowan pada Kyai Chamid, oleh Beliau aku diberi ijazah membaca Fatichah 100 kali dan Asmaul Chusna.
Kedua, kemudian aku sowan pada Gus Miek ketika Gus Miek berada di rumah Pak Marliyan (Comboran), disana (di rumah Pak Marliyan) rundingan sampai sekitar jam 03.00 pagi, nah ketika itu Gus Miek menambah Istighfar 100 kali, shalawat 300 kali dan tahlil 100 kali, ini dari Gus Miek. Ila Hadhoroti... Ila Hadhoroti itu dari Saya............, tapi.... semua itu dijadikan satu dan dapat RESTU dari GUS MIEK .....
Ketiga, pada kesempatan lain aku sowan kepada Kyai Chamid untuk mencocokkan, malahan aku membaca ( Dzikrul Ghafilin ) disamping Beliau dan aku masih ingat betul, aku membaca semuanya dan begitu sampai pada bacaan :
ثم الى حضرة القطب الكبير سيّدى الشيْخِ عبد السلام ابن مشيش
itu sa’rentet lalu Kyai Chamid ngguguk (mena-ngis) dan aku yang membaca sampai nderedek (gemetar), akan tetapi tetap aku teruskan sam-pai selesai. Karena aku bermaksud untuk men-tashehkan (minta diteliti dan dikoreksi), (hal ini dilakukan) untuk minta ijazah, begini ini betul atau tidak.
Keempat, Do’a yang terahir itu dari aku sedang shala-watnya ( shalawat munjiyat ) dari Gus Miek, selain itu hasil usaha aku mengumpulkan dari berbagai sumber, itulah Dzikrul Ghafilin.
Dzikrul Ghafilin itu memang memiliki isyarah (lamat), bahwa garapan orang tiga tersebut ada isyarahnya (onok lamate); malah ada yang menjuluki Tsulatsi (Tri Tunggal). Jadi kamu semua (anak, mantu dan cucuku) supaya mengerti bahwa Dzikrul Ghafilin itu mulai dari proses  perangkaian dan sebagainya  terjadi pada bulan Sya’ban dan mulai diamalkan (di Mushalla PPI. As Shiddiqi Putera) pada awal bulan Puasa sampai tanggal 20 Ramadhan, pada tahun 1973.
Gus Miek sering kali menanyakan atau mengingatkan; (Apakah Dzikrul Ghafilin) itu disebut karangannya Bapak Achmad Siddiq; ada yang menjawab tidak !. Dalam Dzikrul Ghafilin cuma ditulis “ Katabahu dst ” artinya: yang menulis aku ( KH. Achmad Siddiq ), me-mang yang menyuruh (dawuhi) untuk menulis seperti itu Gus Miek. disuruh menerangkan sebagai berikut :
كتبه الظالم لنفسه أحقر البشر وافقرهم الى عفو الغـفار الحاج احمد صديق المولود فى جمبار
Lafal kalimat di atas itu dari Gus Miek, memang disuruh begitu ya kuturuti, kemudian Dzikrul Ghafilin dicetak seperti yang ada sekarang ini.
Jadi, kalau Dzikrul Ghafilin ini disebut warisan aku, yang pada dasarnya aku cuma ngepek jeneng (atas nama), dan bukan warisanku sendiri. Bahwa Dzikrul Ghafilin merupakan warisan dari Kyai Chamid dan Gus Miek sedangkan aku sebagai perangkai.
Setelah Dzikrul Ghafilin dicetak, aku bermimpi medapat restu dari :
1.  Kyai Chamid Pasuruan dan Kyai Abul Chalim Shiddiq, beliau berdua berada dalam kamarku dan aku masuk (perasaanku begitu) malah Kyai Chamid itu tidak pakai baju, (melihat kedatangan aku) kang Chalim dawuh ; Lha ….... ini tukang pijatnya sudah datang, kemudian aku langsung memijat punggung Kyai Chamid. Ketika memijat itulah aku benar-benar melihat betapa “maaf” bokong/ pantat Kyai Chamid putih dan kelihatan uratnya (pembulu darah) persis seperti kulit bayi. Ketika itulah Kyai Chamid membuka kitab kecil seperti kitab Dzikrul Ghafilin dan membacanya.
Kemudian begitu aku mau keluar dari kamar itu Kyai Chamid berkata sambil bercanda dan menun-juk-nunjuk aku; kata beliau ….he …. Jangan dice-ritakan kalau ( Dzikrul Ghafilin ) itu dari aku…….. kemudian aku malah membalas bercanda seraya menjawab….. enggak ….. nanti akan aku ceritakan.
2.  ( Di lain waktu ) Setelah Dzikrul Ghafilin ini mulai diamalkan aku bermimpi dengan sangat jelas sekali, yaitu bermimpi Kyai Achmad Qusyairi bin Shiddiq, kakangku, nampak sedang menjemputku (menung-gu kedatanganku) di pinggir pantai, sedangkan aku naik kapal yang siap mendarat. Terus aku turun dan disambut oleh Kang Kyai Achmad Qusyairi bin Shiddiq  bersama dengan beberapa orang berjubah bagaikan para Habib, Aku mendatangi Beliau (Kyai Achmad Qusyairi bin Shiddiq) yang kemudian mengajakku berjalan ………. seperti di Makkah….. Kang Kyai Achmad Qusyairi berjalan mendahului sedangkan aku menyusul dibelakangnya akan tetapi kemudian tertinggal jauh ( aku tidak lagi melihat Beliau ).
Kemudian aku bertanya kepada orang Arab (dengan bahasa Arab) : Apakah sampeyan tahu … rumahnya Kyai Achmad Qusyairi ?. Lho …. mereka kok menjawab begini : “Bagaimana aku tidak akan tahu sedangkan dia (Kyai Achmad Qusyairi) selalu mendoakan kamu setiap waktu”.
Selanjutnya aku bertemu Kyai Achmad Qusyairi di Masjidil Haram, beliau dawuh :
Pokoknya selagi kamu memimpin wirid (Dzikrul Ghafilin) aku akan mendo’akan kamu di Ka’bah. Dawuhnya begitu, dengan bahasa arab lagi.
Nah, semua itulah yang menambah aku semakin man-tab bahwa Dzikrul Ghafilin ini mendapat IZIN dan RESTU dari para Sholichin, dan terbukti tanpa dipro-mosikan/dipropagandakan atau juga tanpa diberita-hukan kepada masyarakat, ternyata masyarakat ba-nyak yang (tertarik) ikut….gruduk.. gruduk dan sete-rusnya. Sampai-sampai hampir menyerupai gerakan Thoriqah, padahal  Dzikrul Ghafilin  ini  bukan  Thoriqah  akan tetapi wirid biasa.
Kemudian lucunya…. pernah terjadi disini, ketika itu Kyai Chamid dan Nyai Chamid berada di kamar yang  pojok  itu ( kamar KH. Achmad Siddiq ), kemudian aku dipanggil kesana, lalu  Kyai Chamid kok dawuh begini…: “Ini lho… Nafisah (Nyai Chamid) kepingin ijazah Dzikrul Ghafilin pada sampeyan” ….. aku merasa dipoyoki (digojlok), aku lalu menjawab : “wah bagaimana ini ?…kan sampeyan pemilik Dzikrul Ghafilin ! kok mau ijazah pada aku………?
Walhasil Dzikrul Ghafilin ini, Insya Allah ….. mudah-mudahan mendapat ridha dan pengayoman serta do’anya para Sholichin …..Amiiin.
Jadi, bila Gus Miek … memang dawuh bahwa Dzikrul Ghafilin ini warisanku untuk anak-anak dan kaum, ya… mudah-mudahan wirid ini terus lestari, dan kalau bisa ya… anak-anakku juga mengamalkan, kalau bisa .. ya..! akan tetapi … wirid ini… amalan sunnah … kalau memang cocok ya diamalkan.
Wassalamu’alaikum war.wab.

Diperbanyak dalam rangka Menyambut Haul ke 10 dari Almarhum Al Arif Billah KH. Achmad Siddiq Jember

disalin dari kaset oleh noerfaqiharsyiys
PPI As Shiddiqi Putera Jember, 1993-1994



BACAAN MUROJAAH &amp; DOA TAUBAT